Kolaborasi BPOM Dan Industri Farmasi Kunci Sukses Eliminasi TBC 2030

Kamis, 11 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Alvin Pratama
Ketua Umum GPFI Jawa Barat apresiasi asistensi regulatori BPOM yang efektif jawab tantangan industri. Kolaborasi yang diperkuat diyakini mampu tingkatkan akses, ketersediaan, dan keterjangkauan obat bagi masyarakat luas. (Dok. BPPOM)

Bandung - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia bersama dengan Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) menyelenggarakan kegiatan Asistensi Regulatori Tematik "ASPIRASI" di Bandung. Kegiatan yang berlangsung dari 8 hingga 11 Desember 2025 ini menandai komitmen bersama antara regulator dan industri dalam menghadapi tantangan kesehatan nasional, khususnya percepatan eliminasi Tuberkulosis (TBC) 2030. Dalam sambutannya, Kepala BPOM Taruna Ikrar menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pendekatan BPOM yang tidak hanya melakukan pengawasan, tetapi juga pembinaan. Melalui kolaborasi dengan GPFI, BPOM membuka layanan publik tatap muka untuk registrasi, sertifikasi, dan konsultasi CAPA guna mempercepat tindak lanjut evaluasi bagi industri farmasi.

Urgensi kolaborasi ini dilandasi oleh situasi epidemiologi TBC di Indonesia yang masih memprihatinkan. Indonesia tercatat sebagai negara dengan beban TBC terbesar kedua di dunia, dengan estimasi 1,09 juta kasus baru per tahun dan kematian mencapai 125 ribu. Data tahun 2024 menunjukkan penemuan kasus sebanyak 885 ribu. Atas dasar ini, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 sebagai panduan bagi seluruh pemangku kepentingan, mendorong terciptanya sinergi seperti antara BPOM dan GPFI untuk mencapai target eliminasi.

Perwakilan industri farmasi menyambut hangat inisiatif kolaboratif ini. Ketua Umum GPFI Jawa Barat, Donny Hardiana, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas penyelenggaraan asistensi regulatori. "Kegiatan ini efektif menjawab berbagai tantangan industri farmasi dalam penyediaan akses obat, termasuk untuk mendukung eliminasi TBC 2030," ujarnya. Donny menambahkan bahwa percepatan proses yang diinisiasi BPOM sangat mendukung pelaku usaha dalam melayani kebutuhan obat-obatan masyarakat Indonesia.

Lebih dari sekadar memecahkan kendala administratif, Donny Hardiana melihat peluang besar dalam kolaborasi ini. Ia meyakini bahwa dengan memperkuat komitmen dan kerja sama antara industri farmasi dan BPOM, tujuan yang lebih luas dapat dicapai. "Tidak hanya dapat meningkatkan akses dan ketersediaan obat, tapi juga memastikan manfaat keterjangkauan yang dirasakan seluruh masyarakat," tuturnya. Pernyataan ini menggarisbawahi harapan bahwa sinergi regulator-industri dapat berdampak positif pada aspek keterjangkauan obat bagi pasien.

Wujud nyata dari kolaborasi yang produktif terlihat dalam acara penyerahan sertifikat dan izin edar. Dalam kesempatan tersebut, Kepala BPOM didampingi para direktur menyerahkan berbagai dokumen penting, mulai dari Sertifikat CPOB untuk enam industri farmasi (satu di antaranya untuk fasilitas radiofarmaka), Sertifikat CDOB untuk lima pedagang besar, hingga 35 izin edar obat. Obat-obatan yang mendapatkan izin edar mencakup obat untuk penanganan TBC, obat inovatif, radiofarmaka, dan obat generik pertama, mencerminkan dukungan terhadap beragam kebutuhan terapi.

Untuk memaksimalkan manfaat pertemuan, agenda kegiatan dirancang dengan berbagai format interaksi. Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan Forum Komunikasi Registrasi Obat dan Dialog BPOM dengan Pelaku Usaha yang menampilkan narasumber ahli dari dalam BPOM sendiri. Pada sesi siang, suasana lebih santai dibangun melalui Forum Obrolan Asyik mengenai Cara Distribusi Obat yang Baik, memfasilitasi diskusi terbuka dan pertukaran pengalaman.

Komitmen kolaboratif BPOM juga mengarah pada dukungan terhadap program strategis lain seperti Apotek Desa dan produksi obat oleh TNI. Dukungan ini selaras dengan visi untuk menciptakan kemandirian farmasi nasional dan menjamin ketersediaan obat yang stabil, tidak hanya untuk kepentingan kesehatan masyarakat umum tetapi juga untuk ketahanan nasional.

Pada akhirnya, kolaborasi antara BPOM dan GPFI melalui forum ASPIRASI ini merupakan model kemitraan yang esensial untuk menghadapi tantangan kesehatan kompleks seperti TBC. Dengan regulator yang responsif dan industri yang didukung untuk berinovasi dan memenuhi standar, jalan menuju eliminasi TBC 2030 dan sistem kesehatan yang lebih tangguh menjadi lebih terang.

(Alvin Pratama)

Baca Juga: Doom Scrolling: Mengapa Kebiasaan Menggulir Berita Buruk Jadi Ancaman Serius Bagi Kesehatan Mental Publik?
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.