RI Dapat Mencontoh Negara Ini, Mengubah Batu Bara Menjadi Minyak Sebanyak 300 Ribu Barel

Rabu, 07 Mei 2025

    Bagikan:
Penulis: Chokri Karem
(CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginformasikan bahwa perusahaan asal Afrika Selatan, Sasol Ltd., telah berhasil mengonversi batu bara menjadi minyak. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyatakan bahwa Sasol melakukan hilirisasi melalui proses pencairan batu bara yang mampu menghasilkan hingga 300 ribu barel per hari. "Contoh nyata adalah Sasol di Afrika Selatan, yang saat ini memproduksi sekitar 300 ribu barel per hari dari pencairan batu bara. Namun, keberhasilan mereka disebabkan oleh pembangunan yang dilakukan pada masa politik apartheid, di mana biaya modal tidak diperhitungkan. Mereka tidak memiliki pilihan lain dan harus melanjutkan pembangunan, jika tidak, mereka tidak akan dapat beroperasi," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XII DPR RI di Jakarta, yang dikutip pada Rabu (7/5/2025). Selain Afrika Selatan, Tri juga menyebutkan bahwa Jerman pernah melakukan hilirisasi pencairan batu bara sejak tahun 1927, namun program tersebut dihentikan pada tahun 1945 karena alasan ekonomi. "Pengalaman hilirisasi batu bara di Jerman berlangsung dari tahun 1927 hingga 1945, di mana mereka mencairkan batu bara dengan kalori rendah untuk digunakan dalam kendaraan perang selama Perang Dunia Pertama. Proyek pencairan batu bara di Jerman dihentikan pada tahun 1945 karena tidak ekonomis," jelasnya.

Hilirisasi batu bara di Indonesia saat ini sedang dalam tahap perencanaan untuk diubah menjadi gas. Salah satu perusahaan yang terlibat dalam program ini adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Dalam kesempatan lain, Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menyatakan bahwa mereka bekerja sama dengan PT PGN (Persero) untuk merencanakan proyek Synthetic Natural Gas (SNG) yang akan dilaksanakan di Kawasan Industri Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Saat ini, mereka bersama PGN sedang menyusun Head of Agreement (HOA) dan dalam waktu dekat, Arsal mengungkapkan bahwa mereka akan melakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk menilai aspek teknis, ekonomi, dan penetapan harga yang kompetitif. 'Berdasarkan kajian awal pada tahun 2024, SNG yang dihasilkan diperkirakan akan bersaing dengan harga LNG impor,' ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XII DPR RI, Jakarta, yang dikutip pada Selasa (6/5/2025).

(Chokri Karem)

Baca Juga: Pengawasan Ketat BAKN DPR RI Untuk Optimalisasi Program KUR
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.