Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, menyatakan bahwa penghapusan penyakit tuberkulosis (TBC) yang termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bukan hanya isu kesehatan, tetapi juga berkaitan dengan keadilan sosial. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap tingginya angka TBC di Indonesia saat ini, yang mengakibatkan pencapaian target RPJMN 2020-2024 belum optimal. Menurutnya, pemerintah tidak seharusnya berkompromi dengan angka kematian akibat TBC, karena hal tersebut dapat dicegah. "Saya yakin ini bukan sekadar masalah medis, tetapi juga menyangkut keadilan sosial dan hak rakyat Indonesia untuk hidup sehat dan sejahtera," ungkap Nurhadi dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta pada hari Kamis. Ia juga mencatat bahwa tahun lalu, Indonesia mencatat 387 kasus TBC per 100.000 penduduk, menjadikannya sebagai negara dengan kasus TBC tertinggi kedua di dunia. Ia menilai bahwa tingginya angka TBC di Indonesia bukan hanya masalah teknis, tetapi juga berkaitan dengan perencanaan dan pengelolaan program yang belum optimal. "Saya rasa ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga terkait dengan perencanaan dan pengelolaan yang perlu diperbaiki," tambahnya. Dia mengkritik adanya fragmentasi dalam pelaksanaan program di berbagai lini pemerintahan dan sektor. Meskipun anggaran untuk mengatasi penyakit TBC sudah sangat besar, pelaksanaannya belum mencapai optimal. "Saya masih merasakan adanya fragmentasi antara pusat dan daerah, antara fasilitas kesehatan publik dan swasta, serta antara sektor kesehatan dan infrastruktur," ujarnya. Oleh karena itu, dia mengusulkan agar Panja Eliminasi TBC DPR RI memfokuskan perhatian pada tiga hal penting ke depan. Pertama, melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program eliminasi TBC untuk menilai efektivitasnya. Kedua, dia menekankan perlunya pemetaan sumber pembiayaan dan efektivitas penggunaan anggaran, termasuk skema insentif untuk fasilitas kesehatan, serta memperjelas peran Dana Desa. Arah strategis untuk tahun 2025-2029 yang jelas dan melibatkan berbagai sektor tidak hanya sekadar meniru atau mengadopsi dari tahun-tahun sebelumnya,