Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memberikan kesempatan kepada pengusaha Australia untuk berinvestasi dalam pembangunan rumah sakit di wilayah Kaltim. Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni, secara langsung menawarkan kesempatan ini kepada Konsul Jenderal Australia di Makassar, Todd Dias, saat kunjungannya ke Samarinda pada hari Selasa. Sekda Sri Wahyuni menekankan perhatian besar Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, dan Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, terhadap pembangunan di sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Untuk sektor pendidikan dan kesehatan, peluncuran Program Gratispol telah dilakukan pada Senin, 21 April 2025. Ia juga menyatakan bahwa Gubernur Harum sangat peduli terhadap peningkatan layanan kesehatan. "Beliau ingin agar kualitas layanan kesehatan ditingkatkan," ungkap Sekda. Selain itu, Gubernur sangat berharap agar seluruh warga Kaltim terdaftar dalam BPJS Kesehatan melalui Program Gratispol. Salah satu rencana besar Gubernur Kaltim adalah membangun rumah sakit yang representatif di Kabupaten Kutai Barat. "Rumah sakit ini akan menjadi rujukan bagi masyarakat di Kutai Barat dan Mahakam Ulu," jelas Sekda Sri. Hal ini disebabkan rumah sakit yang ada saat ini di Kutai Barat masih berstatus kelas C, sehingga jika ada pasien yang perlu dirujuk ke Kota Samarinda, waktu tempuh yang diperlukan minimal 8 jam. Menanggapi hal ini, Konsul Jenderal Todd Dias menyatakan bahwa Australia memiliki banyak perusahaan berpengalaman dalam pembangunan rumah sakit di daerah terpencil. "Kami memiliki banyak perusahaan yang telah berpengalaman membangun rumah sakit di lokasi-lokasi yang jauh, seperti di Afrika. Oleh karena itu, kami terbuka untuk investasi di sektor kesehatan, termasuk pembangunan rumah sakit di Kutai Barat," jawab Todd Dias. Kehadiran Konsul Jenderal Todd Dias di Kaltim bertujuan untuk menjembatani kebutuhan investasi potensial di Kaltim dengan para investor atau pemilik modal di Australia. Sebagai Konsul Jenderal Australia di Makassar, saya selalu berupaya mencari kesempatan untuk meningkatkan investasi di Indonesia, khususnya di Kalimantan Timur,” ujar Todd Dias. Investasi yang akan ditawarkan kepada investor Australia mencakup berbagai sektor, termasuk perdagangan, peternakan, pendidikan, dan kesehatan. Dalam hal perdagangan, Todd Dias mengamati bahwa potensi Kaltim sangat terbuka melalui jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II. Hal yang sama berlaku untuk sektor peternakan, di mana Australia siap mengirimkan 3.000 ekor sapi jika Kaltim bersedia menerima. Kerja sama dalam pengembangan peternakan juga masih sangat memungkinkan. “Namun, untuk pengiriman sapi dari Australia, jumlah minimal yang harus dipenuhi adalah 3.000 ekor. Tidak boleh kurang,” jelas pejabat yang telah bertugas sekitar dua tahun di Konsulat Jenderal Australia di Makassar tersebut. Meskipun demikian, pihaknya hanya akan berfungsi sebagai penghubung antara kebutuhan investasi Kaltim dan calon investor Australia, selanjutnya diserahkan kepada kesepakatan bisnis masing-masing pihak.