ANTARA FOTO/Xinhua/Hu Yousong/bar

Pemerintah Disarankan Untuk Tetap Mengambil Sikap Strategis Terkait Tarif AS

Kamis, 24 Jul 2025

Pemerintah disarankan untuk tetap mengambil sikap strategis dalam kesepakatan tarif impor Amerika Serikat (AS) guna menjaga posisi tawar Indonesia.

"Kita dapat terus memelihara hubungan baik dengan AS, tanpa kehilangan posisi tawar," ujar pengamat hubungan internasional dan investasi Zenzia Sianica Ihza dalam keterangannya di Jakarta, pada hari Kamis.

Menurutnya, dengan nilai komitmen yang diberikan Indonesia untuk pembelian produk dan energi dari AS, Indonesia masih memiliki ruang untuk bernegosiasi demi mendapatkan kesepakatan yang lebih menguntungkan.

Ia setuju bahwa penurunan tarif, jika dikelola dengan baik, akan memberikan dampak positif terhadap iklim investasi. Setidaknya, terdapat 10 sektor yang akan terdorong, mulai dari tekstil, alas kaki, furnitur, elektronik, hingga karet dan minyak sawit.

"Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, tarif 19 persen ini membuat kita lebih kompetitif. Kita berada di posisi terendah dibandingkan Vietnam dan Filipina yang masih dikenakan tarif 20 persen, Malaysia 25 persen, dan Thailand hingga 36 persen," tambahnya.

Namun, pembebasan tarif untuk produk asal AS berpotensi menciptakan gelombang barang murah yang dapat menekan pelaku usaha domestik.

Sejumlah lembaga riset menunjukkan adanya dua risiko yang mungkin muncul akibat tarif nol persen untuk produk AS. Pertama, dari segi pendapatan negara dan selanjutnya terkait ketahanan industri nasional. Kedua, kemungkinan terjadinya deindustrialisasi yang lebih awal.

Zenzia juga menyoroti sikap Presiden AS Donald Trump yang perlu ditanggapi dengan hati-hati.

Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa kesepakatan dagang dengan AS harus disertai dengan klausul yang melindungi industri nasional, termasuk dari dampak banjir barang impor.

Ia menyatakan bahwa masih ada waktu untuk memperbaiki kesepakatan dagang dengan AS.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Indonesia terus melanjutkan proses negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk menurunkan tarif impor sejumlah komoditas strategis nasional dari 19 persen menjadi 0 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa sejumlah produk yang sedang diajukan dalam negosiasi tarif tersebut mencakup komoditas sumber daya alam yang tidak dapat diproduksi oleh AS.

"Produk-produk tersebut mencakup kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, serta produk mineral lainnya, termasuk komponen pesawat terbang dan komponen dari produk industri di kawasan industri tertentu seperti di zona perdagangan bebas," kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, pada hari Kamis.

Menurutnya, meskipun saat ini Amerika Serikat telah menerapkan tarif impor sebesar 19 persen terhadap produk-produk asal Indonesia, masih ada peluang untuk melakukan negosiasi guna menurunkan tarif pada beberapa produk yang dianggap strategis dan tidak bersaing langsung dengan industri domestik Amerika Serikat.

Airlangga juga menyatakan bahwa Amerika Serikat memperhatikan perlakuan tarif dari mitra dagang lainnya, seperti Uni Eropa, yang melalui perjanjian Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) telah memberikan tarif 0 persen untuk minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang berasal dari Indonesia.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.