CNBC Indonesia/Tri Susilo

Republik Indonesia Menyimpan Harta Karun Langka Yang Menjadi Incaran Dunia, Terdapat Di Dua Wilayah Ini

Jumat, 09 Mei 2025

Indonesia secara diam-diam menyimpan potensi 'harta karun langka' dalam bentuk sumber daya mineral logam tanah jarang (LTJ) atau elemen tanah jarang. Salah satu provinsi yang menarik perhatian adalah Sulawesi Barat, khususnya di daerah Mamuju. Dua lokasi di Mamuju telah terdaftar sebagai wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) logam tanah jarang pertama di Indonesia. Oleh karena itu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong agar kedua wilayah ini segera dilelang. Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menyatakan bahwa lelang WIUP LTJ tersebut hanya menunggu persetujuan. Semua rekomendasi dari Badan Geologi telah dipenuhi. "Kami berharap lelang dapat segera dilakukan karena kami ingin mengejar yang lain," ungkap Wafid di Gedung Kementerian ESDM, dikutip pada Minggu (11/5/2025). Selain itu, pihaknya juga telah melaporkan usulan tersebut kepada Menteri ESDM, yang memberikan arahan kepada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) untuk melaksanakan lelang. "Kami mengusulkan dua wilayah untuk LTJ, dan saya rasa tinggal menunggu tindak lanjut dari Dirjen Minerba," kata Wafid. Badan Geologi aktif melakukan eksplorasi terhadap "harta karun super langka" atau Logam Tanah Jarang (LTJ) dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2021, beberapa lokasi telah dieksplorasi, termasuk Bangka dan Belitung pada 2021, serta Mamuju, Sulawesi Barat dan Parmonangan di Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada 2022. Diketahui bahwa Indonesia memiliki potensi harta karun LTJ yang cukup besar, namun pemetaannya hingga saat ini masih dianggap belum optimal. Wakil Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bidang Mineral, Yoseph C.A Swamidharma, menyatakan bahwa Indonesia sebenarnya telah memulai kegiatan eksplorasi untuk pengembangan LTJ, meskipun eksplorasinya belum terlalu mendetail.

Ia mendorong agar eksplorasi yang telah dilakukan dapat dijelaskan lebih rinci. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kandungan LTJ di Indonesia dibandingkan dengan kandungan LTJ di negara-negara besar seperti Australia, China, Brazil, dan Amerika. "Kandungan di Indonesia memang merupakan turunan, sehingga dapat dikatakan bukan konsentrasi utama, tetapi bukan berarti konsentrasi yang tidak utama tersebut tidak dapat signifikan," ujarnya dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, yang dikutip pada Jumat (13/9/2023). Yoseph memberikan contoh bahwa logam tanah jarang di Indonesia merupakan produk sampingan dari mineral timah, seperti monasit dan zirkon. "Saat ini, eksplorasi justru dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu swasta di luar pemerintah Indonesia, sehingga catatan-catatan tersebut belum dimasukkan ke dalam inventaris kita," tambahnya.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.